Thursday, October 22, 2009

BS: Iman yang Kekanak-kanakan

FIRMAN Tuhan dalam 1 Kor 13: 8-13, menolong kita untuk memahami kemam-puan berpikir manusia secara rohani: masih kanak-kanak atau sudah dewasa. Orang yang berpikir kanak-kanak selalu memerlukan simbol (tanda). Bagi kanak-kanak, apakah dirinya disayang papa atau mama, salah satu indikasinya adalah apakah papa-mama suka beli kue? Karena tingkat pertumbuhan rohaninya belum ada maka dia memerlukan simbol yang konkrit dan harus ada wujudnya, barulah dia memahami itu. Jadi berpikir kanak-kanak itu membuat kita terjebak pada simbol-simbol, atau nilai-nilai yang bisa menyenangkan kita.

Tetapi bagi orang yang sudah tergolong dewasa—anak SMA misalnya—kue atau mainan yang diberikan orang tuanya tidak sama dengan sayang. Bagi dia, papa sayang atau tidak, itu tergantung pada apakah papa punya waktu dengan dia, ngobrol enggak dengan dia? Dia tidak bisa disuap lagi dengan roti. Dia mulai memahami ekspresi atau pema-haman kasih sayang itu sudah lebih berwujud. Nah, di sinilah Paulus berkata: “Kasih tidak berkesu-dahan, tetapi yang lain itu, nubuat, bahasa roh, pengetahuan, itu semua akan lenyap”. Jadi kita harus belajar menggapai yang paling tinggi, yaitu kasih yang bersifat abadi itu. Itulah kedewasaan kita untuk menggapai itu. Maka orang Kristen kalau makin dewasa makin tampak cinta kasihnya, makin dewasa makin utuh kasihnya.

Orang dewasa, meski katanya sudah terima Tuhan, juga bisa berpikir kanak-kanak. Dia hanya bisa memahami kasih Kristus itu bila ada kesembuhan, mukjizat, dapat uang, dapat pekerjaan, dan sebagainya. Itu yang dipahaminya. Sulit bagi dia memahami kasih Kristus yang sudah menyelamatkan itu, apalagi misalnya dia miskin, sakit. Tetapi orang dewasa dalam iman, mau sakit kek, mau kaya kek, sehat, miskin, baginya enggak ada masalah, karena dia semakin dewasa memahami kasih Tuhan.

Jadi, kasih Tuhan itu tidak identik dengan “punya uang atau tidak punya uang”. Kasih Tuhan itu identik dengan pemeliharaan hidup, di mana kita semakin hari semakin mengerti kehendak Tuhan. Itu sebab rasul-rasul itu lain dari orang kebanyakan. Dulu Petrus itu kekanak-kanakan sekali, maunya semua serba OK, harus menang. Dan kemenangan itu dia pahami sebagai “musuhnya harus kalah”. Itu sebab, dalam jiwa kekanak-kanakan itu Petrus memenggal telinga hamba imam sampai putus, tetapi Yesus memasangnya kembali. Tetapi kemudian kita melihat bagaimana kedewasaan iman Petrus berkembang secara luar biasa, sehingga waktu diancam, dia tidak bertarung. Dia hanya berkata, “Hei imam-imam lebih baik aku taat kepada Allah daripada kalian”. Sesudah dia betul-betul masuk dalam kedewasaan iman, dia tidak lagi memenggal telinga orang. Hidupnya susah, dia tidak ribut, tetapi dia nikmati. Keluar masuk penjara dia tidak pusing, justru dia nikmati. Rasul-rasul berkata: “Kami merasa terhormat, berbahagia karena kami boleh menderita untuk Kristus”.

Perubahan cara berpikir dari kanak-kanak ke dewasa itu memberikan kebijaksanaan dan pengertian yang hebat bagi kita. Di dalam proses bertumbuh seperti itulah, sebagai orang yang sudah percaya dan menerima Kristus, kita melihat bagaimana kualifikasi pemikiran kita. Dan berpikir itu adalah sebuah proses yang tidak pernah berhenti selama hidup. Begitulah kita sebagai orang percaya. Sehingga proses pembelajaran itu berjalan terus. Maka perlu kesetiaan, kejujuran, kesungguhan dalam menyikapi semuanya.

Demonstrasikan kasih
Jadi, berpikir kanak-kanak itu harus ditinggalkan. Kita tidak bisa terus-menerus di situ, berpikir secara simbol-simbol, yang jika engkau sakit berdoa, tidak sembuh lalu kecewa, ngambek sama Tuhan. Itu kanak-kanak. Minta kerja tidak dapat lalu malas ke gereja, malas berdoa. Itu kanak-kanak. Minta tanda ini-itu, itu kanak-kanak. Kalau kau sudah dewasa, masak sih tidak percaya Tuhan mengasihi? Kalau kau masih minta tanda, artinya engkau masih ragu. Kamu belum kenal baik dengan Tuhan. Kalau sudah kenal baik, mana mungkin kamu lakukan itu? Kita tidak mengatakan minta tanda itu salah, tetapi itu kanak-kanak. Masak saudara mau kanak-kanak terus? Saudara kan ingin dewasa, bertumbuhlah. Orang yang semakin dewasa sudah berorientasi kepada kasih. Itu yang mereka pikirkan. Pergumulan mereka, bagaimana mendemonstrasikan kasih itu, sesuatu yang bersifat abadi dan tidak habis-habis itu.

Dan orang semakin dewasa semakin menyadari dirinya, kenal diri, tahu keterbatasan dirinya. Dia cukup mengerti kalau sudah dikasih tahu. Tidak seperti anak-anak yang diombang-ambingkan oleh berbagai angin pengajaran. Karena anak-anak itu bisa ditipu kiri-kanan, semua diikuti padahal itu bertolak belakang. Gelap mata. Itu kekanak-kanakan. Orang seperti itu tidak bergaul akrab dengan firman Tuhan. Kalau bergaul akrab dengan firman, kita pasti menunjukkan sikap jelas, yang sesuai dengan Alkitab, tidak membeo, tidak sekadar ikut-ikutan, tetapi menjadi orang Kristen yang punya sikap jelas, dewasa, mampu menyikapi perbedaan dengan enteng tanpa harus ribut.

Kalau berpikir soal bisnis orang bisa mantap. Tetapi kalau urusan gereja orang bisa ribut. Maka banyak orang Kristen menjadi kecewa dengan gereja. Di gereja sering ribut, nilep uang juga. Bisa jadi di gereja ada orang yang masih kanak-kanak, yang masih suka iseng. Ia harus diingatkan. Coba lihat diri dan sekeliling. Mungkin banyak di antara kita yang berpikir seperti kanak-kanak, mengakibatkan munculnya pertikaian/keributan suami-istri, orang tua-anak, atasan-bawahan. Jam atau rutinitas ke gereja sangat tinggi, tetapi tidak ada perubahan yang signifikan terhadap perilaku dan sikap hidup. Jelas, itu karena masih kanak-kanak.

Jadi, analisis atas diri sendiri membuat kita bisa menemukan apakah kita sudah dewasa atau tidak, dalam konteks sudah menjadi orang Kristen yang menerima Kristus. Tetapi tidak selesai sampai di situ, karena pertumbuhan itu tidak akan pernah berhenti dan terus memberikan pencerahan, pembaruan, pengalaman-pengalaman unik bersama dengan Tuhan, sehingga kita semakin tangguh, semakin sadar diri, kenal diri, tahu kemampuan. Oleh karena itu temukan diri dan jadilah dewasa dalam iman.
(Diringkas dari kaset khotbah oleh Hans P.Tan)

Oleh: Pdt Bigman Sirait

Info:
Jika Anda butuh:
1. Jasa Design Hotel, Villa, Spa, Resort, Landscape klik www.GunardiSaputra.com/Presiska atau hubungi Ardi di 08558827222

2.Peralatan makan Stainless Steel: Sendok Makan, Sendok Teh untuk usaha Anda (buka restoran atau catering) maupun untuk kegiatan promosi pemasaran Anda (pemberian hadiah atas produk dagangan Anda), hubungi: Ardi di 08558827222

3.Rekomendasi Saham klik www.GunardiSaputra.com

4.Promosi dengan Sendok Makan Stainless klik gl_trading.indonetwork.co.id
promosi Anda ya Sendok Makan atau Sendok Teh saja...